Perebutan Nasib Rumah Warisan Anak Pendiri Singapura: Cinta Tanpa Akhir

Infrastruktur147 Dilihat

Ada kabar mengejutkan dari putra bungsu pendiri Singapura, Lee Hsien Yang. Ia membuat heboh jagat maya setelah mengumumkan bahwa ia telah mendapat suaka di Inggris. Konflik dengan saudara kandungnya, Lee Hsien Loong, terkait rumah warisan ayah mereka menjadi pemicu dari keputusan tersebut.

Menurut laporan dari Reuters, Lee Hsien Yang telah berusaha mencari suaka di Inggris sejak tahun 2022. Setelah melewati proses panjang, ia akhirnya mendapatkan izin tinggal di negara tersebut pada bulan Agustus 2024. Dalam unggahan di Facebooknya, Lee Hsien Yang menyampaikan bahwa serangan pemerintah Singapura terhadap dirinya telah menjadi catatan publik. Mereka melakukan berbagai tindakan seperti mengadili putranya, melakukan proses disipliner terhadap istrinya, dan meluncurkan penyelidikan polisi palsu yang telah berlangsung bertahun-tahun.

“Saya mencari perlindungan suaka sebagai upaya terakhir. Saya tetap menjadi warga negara Singapura dan berharap suatu hari nanti akan aman untuk kembali pulang,” ungkap Lee Hsien Yang.

Konflik antara dua saudara ini berawal dari perbedaan pandangan mengenai nasib rumah warisan ayah mereka. Lee Hsien Yang ingin rumah tersebut dihancurkan sesuai dengan isi surat wasiat, sementara Lee Hsien Loong berpendapat bahwa keputusan atas rumah tersebut harus diputuskan oleh pemerintah Singapura.

Alasan dari pendiri Singapura, Lee Kuan Yew, untuk menghancurkan rumahnya di Jalan 38 Oxley Road juga menjadi perbincangan. Sebelum meninggal dunia pada Maret 2015, Lee Kuan Yew menyatakan bahwa rumah tersebut tidak layak huni karena tidak memiliki fondasi yang kuat, lembab, dinding retak, dan biaya pemeliharaannya tinggi.

Setelah kematian Lee Kuan Yew, rumah tersebut ditempati oleh anak perempuannya, Lee Wei Ling, hingga ia juga meninggal dunia pada bulan Oktober 2024. Rumah tersebut pernah menjadi tempat berkumpulnya para tokoh penting Singapura seperti Menteri Luar Negeri Pertama Sinnathamby Rajaratnam, Presiden ketiga Devan Nair, dan lainnya. Ide-ide brilian pun bermunculan saat Lee Kuan Yew tinggal di rumah tersebut, termasuk aktivitas Partai Tindakan Rakyat (PAP) yang dilakukan di ruang bawah tanah.

READ  Mencegah dan Menangani Karat pada Atap Logam

Lee Kuan Yew sendiri merupakan Perdana Menteri pertama Singapura yang menjabat dari tahun 1959 hingga 1990. Kepemimpinannya diakui sebagai yang paling lama di dunia, dan Singapura berkembang pesat menjadi negara yang makmur dan maju di Asia Tenggara.

Rumah di Jalan 38 Oxley Road pun menjadi bukti sejarah bagi pembentukan pemerintahan baru Singapura. Komite kementerian menyatakan bahwa properti tersebut memiliki signifikansi arsitektur, warisan, dan sejarah yang penting.

Dengan berbagai perbedaan pandangan dan konflik yang terjadi, keputusan akhir mengenai nasib rumah warisan Lee Kuan Yew masih menjadi tanda tanya besar. Bagaimana kelanjutan kisah dari dua saudara ini? Kita tunggu saja perkembangannya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *