Tarif Sewa Kantor di Jakarta: Mengatasi Masalah Kantor Kosong

Infrastruktur202 Dilihat

Ruang Kantor di Jakarta: Tren Pasar Properti dan Preferensi Tenant

Ruang kantor di Jakarta masih menjadi topik yang menarik untuk dibahas, terutama dalam konteks tren pasar properti dan preferensi tenant. Dari data yang tersedia, pasar perkantoran di Jakarta masih mengalami tingkat kosong yang cukup signifikan, meskipun terdapat tambahan pasokan baru yang akan datang dari beberapa gedung seperti Gedung Sanggala, Stature Tower, dan Fortune Tower.

Tren Pasar Properti 2024

Menurut laporan dari Konsultan Real Estate, Leads Property Indonesia, terdapat sekitar 3 juta meter persegi ruang kantor kosong di pasar perkantoran Jakarta. Meskipun demikian, permintaan ruang kantor terus meningkat, terutama dari sektor teknologi, keuangan, dan jasa. Di kuartal berjalan, permintaan ruang kantor di kawasan Central Business District (CBD) mencapai 16.500 meter persegi, sementara di luar CBD sekitar 8.300 meter persegi.

Tarif Sewa Kantor di Jakarta

Harga sewa ruang kantor di Jakarta mengalami penurunan sebesar 0,23% untuk kawasan CBD dan 0,1% di luar CBD. Rata-rata harga sewa ruang kantor adalah sekitar Rp 309 ribu per meter persegi per bulan. Detailnya, harga sewa kantor di luar CBD sebesar Rp 239 ribu per meter persegi per bulan, sementara di CBD sekitar Rp 330 ribu per meter persegi per bulan.

Untuk kawasan CBD, harga sewa kantor berdasarkan grade-nya sebagai berikut:

  • Premium: Rp 457 ribu per meter persegi per bulan
  • Grade A: Rp 343 ribu per meter persegi per bulan
  • Grade B: Rp 265 ribu per meter persegi per bulan
  • Grade C: Rp 261 ribu per meter persegi per bulan

Preferensi Ruang Kantor di Jakarta

Sejumlah tenant memiliki preferensi tersendiri dalam memilih ruang kantor, salah satunya adalah gedung kantor yang telah bersertifikat Green Building atau ramah lingkungan. Hal ini sejalan dengan tren global dimana banyak perusahaan multinasional yang memperhatikan faktor lingkungan dalam pemilihan kantor mereka.

Leads Property juga mencatat bahwa gedung-gedung Grade B dan C lebih banyak dihuni oleh tenant lokal yang mungkin belum sepenuhnya memperhatikan faktor Green Building. Sementara itu, Gedung Low-Rise di kawasan Tangerang menjadi incaran perusahaan rintisan karena lokasinya yang strategis dekat dengan universitas, perumahan karyawan, dan fasilitas lainnya.

Selain itu, ada juga tren ‘Flight for Quality’ dimana tenant mencari unit kantor dengan ukuran lebih kecil namun dengan kualitas yang lebih baik. Gedung yang dekat dengan transportasi umum dan fasilitas yang lengkap juga menjadi faktor penentu dalam pemilihan ruang kantor.

Investor asing, khususnya dari Tiongkok, tertarik pada lahan komersial untuk perkantoran di kawasan tertentu seperti PIK 2 karena infrastruktur yang lengkap dan dekat dengan bandara. Hal ini menunjukkan potensi pertumbuhan pasar perkantoran di Jakarta yang masih menarik bagi investor asing.

Jadi, dari berbagai data dan tren pasar properti yang ada, pasar perkantoran di Jakarta masih menawarkan berbagai peluang dan tantangan. Dengan pemahaman yang baik mengenai preferensi tenant dan kebutuhan pasar, kita dapat lebih siap menghadapi dinamika pasar properti di masa depan.

Jadi, apakah Anda siap untuk mengikuti tren pasar properti ruang kantor di Jakarta? Segera cari tahu lebih lanjut dan jadilah bagian dari perkembangan pasar properti yang menarik ini!

Punya pertanyaan seputar rumah, tanah, atau properti lainnya? detikProperti siap membantu Anda. Kirim pertanyaan Anda di sini dan dapatkan jawabannya segera!

(dhw/abr)

READ  Bertemu Pengembang di Kantor BTN, Apa Rencana Diskusinya?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *