Adian Natipulu: Prabowo Berutang Budi pada Megawati
Dalam sebuah unggahan terbaru di akun Instagramnya, Adian Natipulu, seorang politikus dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), menyentuh topik yang menarik perhatian banyak orang. Adian menyinggung Prabowo Subianto, yang saat ini menjabat sebagai Presiden Indonesia ke-8. Dalam unggahannya, Adian memberikan pandangan yang menarik tentang hubungan antara Prabowo dan Megawati Soekarnoputri, Ketua Umum PDIP.
Prabowo Subianto, yang dikenal sebagai salah satu tokoh politik terkemuka di Indonesia, ternyata memiliki utang budi pada Megawati. Menurut Adian, jika bukan karena Megawati, Prabowo tidak akan kembali ke Indonesia setelah mengasingkan diri ke Yordania. Hal ini tentu menjadi fakta menarik yang mungkin tidak diketahui banyak orang.
Tak hanya itu, Adian juga mengungkapkan bahwa Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Presiden Indonesia ke-6, juga berutang budi pada Megawati. SBY, yang pada masa pemerintahan Megawati diangkat sebagai Menteri Koordinator Bidang Politik dan Keamanan (Menko Polkam), ternyata memiliki peran yang cukup signifikan dalam karir politiknya berkat dukungan dari Megawati.
Selain Prabowo dan SBY, Adian juga menyoroti peran Megawati dalam karir politik Joko Widodo (Jokowi), Presiden Indonesia ke-7 dan ke-9. Menurut Adian, Jokowi bisa menjadi Walikota Solo, Gubernur DKI Jakarta, hingga Presiden dua periode berkat dukungan penuh Megawati dan Partainya, PDIP.
“Ketiga orang ini kalau tidak ada Ibu Megawati tidak jadi Presiden,” kata Adian di Instagramnya.
Dalam konteks politik Indonesia, hubungan antara Prabowo Subianto dan Megawati Soekarnoputri menjadi perhatian tersendiri. Pengamat Psikologi Politik Universitas Negeri Makassar (UNM), Muhammad Rhesa, menyoroti dinamika hubungan keduanya yang diduga memanas. Hal ini terjadi menyusul keputusan Megawati melarang kader PDIP mengikuti retret kepala daerah di Magelang, di tengah penahanan Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dalam kasus Harun Masiku.
Menurut Rhesa, belum ada alasan jelas yang disampaikan Megawati terkait larangan tersebut, sehingga wajar jika publik mengaitkan sikapnya dengan kasus hukum yang menjerat Hasto. Hal ini menunjukkan kompleksitas hubungan antara Prabowo, Megawati, dan aktor politik lainnya dalam dunia politik Indonesia.
Dengan begitu banyak fakta dan pandangan menarik yang diungkapkan Adian Natipulu, tidak dapat dipungkiri bahwa hubungan antara Prabowo Subianto, Megawati Soekarnoputri, dan aktor politik lainnya memiliki dinamika yang rumit dan menarik untuk ditelusuri lebih lanjut. Semua ini memberikan gambaran yang menarik tentang perjalanan karir politik para tokoh terkemuka di Indonesia, serta peran penting Megawati dalam membantu mereka mencapai posisi politik tertinggi di negara ini.